Penyakit Job, yang juga dikenal sebagai sindrom hiper IgE atau sindrom Job-Buckley, adalah kelainan genetik langka yang ditandai dengan tingkat immunoglobulin E (IgE) yang tinggi, infeksi kulit dan paru yang berulang, serta berbagai masalah imunologis dan non-imunologis. Penyakit ini umumnya bersifat autosomal dominan dan dikaitkan dengan mutasi pada gen STAT3.

Perawatan Medis Umum untuk Penyakit Job:

  1. Manajemen Infeksi:
    • Antibiotik profilaktik untuk mencegah infeksi bakteri.
    • Pengobatan antifungal dan antiviral bila diperlukan.
    • Perawatan kulit yang teliti untuk menghindari dan mengobati abses atau infeksi kulit.
  2. Terapi Imunomodulator:
    • Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG) untuk membantu meningkatkan fungsi imun.
  3. Manajemen Kondisi Dermatologis:
    • Krim dan salep topikal untuk membantu mengelola eksema atau kondisi kulit lainnya.
    • Terapi cahaya atau fototerapi untuk kondisi kulit yang parah.
  4. Pengendalian Tingkat IgE:
    • Tidak ada terapi spesifik yang terbukti secara konsisten menurunkan tingkat IgE pada pasien dengan sindrom hiper IgE.

Pendekatan Terkini dalam Pengobatan Penyakit Job:

  1. Terapi Target Genetik:
    • Walaupun masih dalam tahap penelitian, terapi yang bertujuan untuk memperbaiki atau menggantikan fungsi gen STAT3 yang bermutasi mungkin menawarkan harapan untuk pengobatan di masa depan.
  2. Penghambat JAK:
    • Sebagai STAT3 adalah bagian dari jalur sinyal Janus kinase (JAK)/STAT, penghambat JAK bisa menjadi target terapi yang potensial. Namun, penggunaannya harus diteliti lebih lanjut dalam konteks sindrom hiper IgE.
  3. Penggunaan Biologis:
    • Obat-obat seperti dupilumab, yang menargetkan jalur interleukin yang terlibat dalam produksi IgE, mungkin berguna dalam beberapa kasus sindrom hiper IgE, tetapi perlu penelitian lebih lanjut.

Pentingnya Pendekatan Individualisasi:

  • Karena keragaman gejala dan tingkat keparahan penyakit Job, strategi pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap pasien.
  • Penilaian rutin oleh tim multidisiplin termasuk imunolog, dermatolog, dan pulmonolog diperlukan untuk memantau infeksi dan mengelola komplikasi.

Kesimpulan:

Pengobatan terkini untuk penyakit Job melibatkan manajemen infeksi yang proaktif, penggunaan terapi imunomodulator seperti IVIG, dan perhatian khusus pada masalah kulit. Meskipun terdapat penelitian yang sedang berlangsung mengenai terapi genetik dan penggunaan penghambat JAK, pendekatan ini masih belum menjadi standar perawatan. Pengobatan biologis menawarkan potensi tetapi memerlukan lebih banyak bukti. Pendekatan individualisasi dan perawatan oleh tim multidisiplin tetap menjadi aspek penting dalam manajemen pasien dengan sindrom hiper IgE.